Rasulullah [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”]z[/Islamic]  bersabda:

[arabic-font span=”yes”]«أَثْقَلُ شَيْءٍ فِي الْمِيْزَانِ الخُلُقُ الحَسَنُ»[/arabic-font]

“Sesuatu yang paling berat pada timbangan amal adalah akhlak yang baik”.

(Hadits Shahih, Riwayat Ibnu Hibban. Lihat Shahiihul jaami’ no. 134).

  • Penjelasan

Hadits ini berkaitan dengan hadits sebelumnya yang berbunyi

[arabic-font] وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ[/arabic-font]

“Dan Pergaulilah Manusia dengan akhlak yang baik”.

Namun, hadits ini lebih menekankan sisi keutamaan akhlak terpuji, yaitu menempati posisi terberat dalam timbangan amal kebajikan.

Mengapa bisa demikian?

  1. Akhlak terpuji, tidak lain merupakan buah dari ketakwaan seseorang. Sebagaimana telah diisyaratkan dalam hadits sebelumnya yang menggandengkan perintah bertakwa dengan berakhlak baik. Tatkala seseorang memahami perintah & larangan yang ada dalam dien. Maka, dengan sendirinya dia telah ter-mainset untuk berakhlak baik terhadap sesama manusia.
  2. Mereka yang mampu menunaikan dua hak (hak Allah dan hak sesama, yaitu dengan berakhlak baik) secara benar, menyerupai perbuatan para nabi dan shiddiqin.
  3. Mereka mengikuti petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wasallam, karena Beliau adalah sosok teladan dalam berakhlak baik. Bahkan, akhlak Beliau mencerminkan isi kandungan Al Qur’an.
  4. Berakhlak baik menjadikannya sebagai manusia pilihan. Bahkan, mampu menandingi posisi orang yang gemar shalat malam dan puasa sunnah.

Setidaknya masih banyak sebab lain yang menjadikan amalan ini (berakhlak baik) menjadi berat pada timbangan amal kebaikan seseorang.

Faidah lain:

  1. Amal perbuatan seseorang, baik buruknya, kelak akan ditimbang pada hari kiamat.
  2. Penetapan adanya mizan (timbangan) yang akan menimbang amalan hamba.

Ditulis oleh

Ustadz Ridwan Arifin,Lc

Comments are closed.